A. Jenis-Jenis
Makna
1. Makna
emotif
Djajasudarma
(1993:12) menjelaskan makna emotif adalah makna yang melibatkan perasaan kearah
yang positif. Makna emotif juga melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar;
penulis dan pembaca) ke arah yang positif.
Contoh:
Ini adalah bunga di kampung itu.
Kata
bunga di atas menunjukan bahwa ini lah bunga yang ada di kampung itu. Bisa juga
dikatakan bahwa dia adalah bunga atau wanita yang di damba-dambakan orang di
kampung itu.
Pateda
(2001:101) menjelaskan makna emotif adalah makna yang timbul akibat reaksi
pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap apa yang dipikirkan atau
dirasakan. Misalnya, kata kerbau yang
muncul dalam urutan kata engkau kerbau. Kata
kerbau ini meninbulkan perasaan tidak enak bagi
pendengar / dengan kata alin kata kerbau mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan
dengan prilaku yang malas dan di anggap sebagai penghinaan. Orang yang
mendengarnya merasa tersinggung.
2. Makna
referensial dan non-referensial
Djajasudarma
(1993:14) makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan
kenyataanatau referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif,
karena memiliki acuan. Makna ini memiliki hubungan dengan konsep, sama halnya
seperti makna kognitif. Makna referensial memiliki hubungan dengan konsep
tentang sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyrakat bahasa), seperti
telihat di dalam hubungan antara konsep (reference) dengan acuan (referent)
pada segi tiga di bawah ini.
(b)
konsep
(a) Kata
---------------------------------------------- (c) acuan
Hubungan
yang terjalin antara sebuah bentuk kata dengan barang, hal, atau kegiatan
(peristiwa) di luar bahasa tidak bersifat langsung, ada media yang terletak di
antaranya.
Menurut
chaer Pengantar Semantik Bahasa Indonesia
(1989:64) menjelaskan makna non-referensial seperti preposisi dan konjungsi.
Karena kata itu tidak memiliki makna, maka banyak orang menyatakan kata-kata
tersebut tidak memiliki makna. Kata tersebuta hanya memiliki kata tugas
3. makna
referensial dan non-referensial
Chaer
Linguistik Umum (2007:291) menjelaskan sebuah kata atau leksem disebut bermakna
referensial kalau ada referensnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda,
merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena
ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan, atau
dan karena adalah termasuk kata-kata
yang tidak bermakna ferensial, karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.
Contoh:
1. “Tadi
saya lihat Pak Ahmad duduk di sini, sekarang dia ke mana?”
Tanya
Pak Rasyid kepada para mahasiswa itu.
2. “Kami
di sini memang bertindak tegas
terhadap para penjahat itu.”
Kata
Gubernur DKI kepada para wartawan dari luar negri itu.
Jelas,
kata di sini pada kalimat (1) acuannya adalah
sebuah tempat duduk; tetapi pada kalimat
(2)acuannya
adalah satu wilayah DKI Jakarta Raya.
Hasnah
Faziah (2008:70) juga menjelaskan bahwa makna referensial adalah makna yang ada
acuannya. Kata-kata seperti ayam, hijau,
gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada
acuannya dalam kehidupan nyata. Berbeda halnya dengan kata-kata dan, dengan, karena merupakan kata—kata
yang tidak bermakna referensial karena kata-kata itu tidak memiliki referensi.
4. Makna
Konstruksi
Djajasudarma
(1993:15) menjelaskan bahwa makna konstruksi (bhs. Inggris: construction mieaning)
adalah makna yang terdapat di dalam konstruksi, misalnya makna milik yang
diungkapkam dengan urutan kata di dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, makna
milik dapat diungkapkan melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukan
kepunyaan. Bandingkanlah contoh berikut:
(1)
itu buku saya
(2)
saya baca buku saya
(3)
perempuan itu ibu saya
Pateda (2001:115)
tidak jauh dengan Djajasudarma bahwa makna konstruksi adalah makna yang
terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasaan. Misalnya makna milik atau yang
menyatakan kepunyaan.
B. Gaya
Bahasa
Tarigan
dalam skripsi Saprianto (2011:31) gaya bahasa adalah cara yang di gunakan
bahasa secara imajinatif, bukan pengertian yang benar-benar kealamiah saja.
Contoh:
Obat
Tuju ( Obat Sakit Dada)
Bismillahirrahmannirrahim
Au
di guguk au di lomba
Koatkan
pusat baginda ali
Berkat
lailahhaillallah
Bismillahirrahmannirrahim
Aur
di jurang aur di lembah
Potong
urat baginda Ali
Pada
mantra di atas terdapat gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa ini merupakan
pengulangan kata, frase dan klausa, yang sama dalam suatu kalimat atau wacana.
Hal ini yang di ungkapkan oleh Keraf dalam skripsi Saprianto (2011:32) “gaya
bahasa repetisi adalahgaya bahasa perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian
kalimat yang di anggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai”. Gaya bahasa repetisi dapat dilihat pada kalimat “Au di guguk au di lomba”. Penggulangan
pada kata “au” yang mengalami dua kali pengulangan.
Tarigan
dalam skripsi Saprianto (2011:32) “gaya bahasa metonimia adalah sejenis gaya
bahasa yang mempergunakan nama suatu barang yang lain berkaitan erat dengannya.
Dalam metonimia suatu barang disebutkan tetapi yang dimaksud barang lain. Hal
ini terdapat pada kalimat “koatkan pusat
baginda Ali “. Kata “Ali” dalam mantra tersebut merupakan nama orang
(sahabat Rasul) yang dilambangkan dalam mantra.
Skripsi
Roni Husriyadi (2012:30) mengatakan gaya bahasa personifikasi adalah gaya
bahasa yang menyamakn benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat
berbuat, berpikir.
Contoh
:
Cinta
jangan pernah kau coba pergi
Karna
di sini ku butuh kamu
Cinta
jangan pernah kau coba lari
Karna
di sini ku ingin kamu
Contoh di atasa menggambarkan gaya
bahasa personifikasi yakni pada kata “Cinta
jangan pernah kau coba pergi”, karena cinta dianggap seolah-olah di
umpamakan seperti manusia yang bias pergi.
Gaya
bahasa hiperbola adalah yang menyatakan sesuatu secara berlebih-lebihan baik
jumlah, ukuran ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat,
meningkat pesan pengaruhnya.
Contoh
:
Cinta
jangan pernah kau coba pergi
Karna
di sini ku butuh kamu
Cinta
jangan pernah kau coba lari
Karna
di sini ku ingin kamu
Cinta
jangan pernah pergi
Cinta
jangan pernah pergi
Contoh
di atas menggambarkan gaya bahasa hiperbola yakni pada kata “cinta jangan pernah kau coba pergi, cinta
jangan pernah kau coba lari, cinta jangan pernah pergi”, yang menyatakan pernyataan yang
berlebih-lebihan.
DAFTAR
PUSTAKA
Husriyadi,
Roni. 2012. Analisis Gaya Bahasa dan Citraan Lirik Lagu Album Energi karya
Kotak Band. Skripsi. FKIP UIR
Saprianto.
2011. Analisis Gaya Bahasa dan Makna dalam Mantra Pengobatan pada Masyarakat
Melayu Petalangan di Kelurahan Sorek Satu Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten
Pelalawan. Skripsi. FKIP UIR
Chaer,
abdul. 2007. Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta
Pateda,
Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Djajasudarma,
T. Fatimah. 1993. Semantik 2. Bandung: Refika Aditama
Faizah,
Hasnah. 2010. Linguistik Umum. Pekanbaru: Cendikia Insani
Chaer,
abdul. 1989. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Asdi Mahasatya
Djajasudarma,
T. Fatimah. 2009. Semantik 1. Bandung: Refika Aditama